Masjid ini mejadi saksi bisu lahirnya Jamiatul Khair. Organisasi Islam yang bergerak pada pendidikan. Sejumlah tokoh besar pernah menuntut ilmu di sini.
Dream – Ar Raudhah Shahabuddin. Inilah salah satu masjid tua di Kampung Pekojan. Tempatnya menyempil di gang kecil. Terkepung rumah warga di perkampungan padat, Jakarta Barat.
Masjid ini lebih mirip rumah biasa. Tak ada kubah. Bagian atap hanya genteng biasa. Teras dan halaman pun sempit. Model bangunan bercat putih ini lawas. Pintu dan jendela yang dicat hijau dibuat lebar, khas zaman Belanda. Terali-terali khas Betawi terpasang di jendela.
Nuansa masjid baru tampak jika masuk ke dalam. Di situlah terlihat mihrab tempat imam, karpet yang jadi sajadah panjang, rak Alquran di bagian depan, serta tempat salat khusus di bagian pojok kiri barisan belakang.
Masjid ini berdiri lebih dari seabad silam. Pendirinya adalah para ulama dari Hadramaut, Yaman, yang datang ke Batavia sebagai saudagar. Dipelopori oleh Shahab bersaudara, Ali dan Idrus, juga Muhammad Al-mashur dan syekh Basandid.
Masjid ini mejadi saksi bisu lahirnya Jamiatul Khair. Organisasi Islam yang bergerak pada pendidikan. Didirikan pada 1901, perkumpulan itu tak mendapat izin Belanda. Dua tahun kemudian kembali mengajukan surat permohonan, namun baru dilegalkan pada 1905.
Masjid ini seolah menjadi tempat berputarnya ilmu. Benih-penih pergerakan Islam mulai tumbuh. Jamiatul Khair banyak mendatangkan literatur dan guru dari Timur Tengah. Dari mereka para pemuda menyerap ilmu.
Dari perkumpulan yang bermarkas di Ar Raudhah itu turut melahirkan tokoh-tokoh Islam nusantara. Kiai Ahmad Dahlan, dan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Haji Samanhudi, dan Haji Agus Salim adalah sederet tokoh yang pernah mengenyam ilmu di sana.
Para alumni itu kemudian menjadi tokoh besar. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, HOS Tjokroaminoto mendirikan Syarikat Islam, dan Samanhudi menjadi tokoh Sarekat Dagang Islam. (Ism, Dari berbagai sumber)
sumber: dream.co.id