Jakarta – Wapres Jusuf Kalla (JK) mengaku tidak menyukai pakar hukum Yusril Ihza Mahendra disebut sebagai M Natsir muda, tokoh Masyumi yang berperan dalam pembentukan konstitusi Indonesia. Sebab, keduanya merupakan pribadi yang memiliki karakter dan sikapnya sendiri.
Hal itu diungkapkan JK dalam sambutan di acara syukuran 60 tahun sekaligus peluncuran buku berjudul “Ensiklopedia Pemikiran Yusril Ihza Mahendra” yang terdiri dari empat jilid dan tiga buku lainnya dengan judul berbeda di Hotel Bidakara Jakarta, Sabtu (6/2).
“Saya tidak setuju beliau disebut Natsir muda karena tidak ada follower bisa menang, Yusril bukan Natsir. Buktinya PBB ingin mengembalikan kejayaan Masyumi tidak bisa. Soekarno muda juga tidak ada, follower tidak bisa menang,” kata JK.
Turut hadir dalam acara tersebut selain JK, Ketua MPR Zulkifli Hasan, dan tiga orang mantan Ketua MK yakni, Jimly Asshidiqie, Mahfud MD, dan Hamdan Zoelva. Juga hadir Dirjen Imigrasi Ronny Sompie, serta mantan Menakertrans dan Menperin Fahmi Indris, selain sejumlah advokat seperti Maqdir Ismail dan Mohammad Assegaf.
Menurut JK, Natsir bisa menjadi guru siapa saja termasuk Yusril, namun keduanya merupakan karakter yang berbeda. Begitu juga Soekarno, tidak ada pribadi yang bisa menyerupai kehebatan proklamator itu.
“Bahwa Pak Natsir jadi guru boleh, tetapi jangan disebut Natsir kedua. Yusril adalah Yusril, Natsir adalah Natsir,” ujar JK.
JK menilai, Yusril merupakan pribadi yang lengkap. Ahli tata negara, ahli hukum dan juga politisi. Pernah menjabat menteri bahkan memiliki peran pada saat transisi dari pemerintahan orde baru ke reformasi.
“Beliau sangat dikenal pada saat transisi besar negeri ini di awal reformasi. Semua transisi kadang menyakitkan tetapi bagaimana bisa soft landing ? beliau termasuk yang memikirkan transisi dengan baik sehingga dari Pak Harto berpindah ke Habibie bisa terjadi secara baik dan tetap konstitusional,” katanya.
JK menyambut baik langkah Yusril menerbitkan buku di hari ulang tahun ke 60 yang jatuh pada 5 Februari 2015. Dia berpendapat, usia 60 menandakan kematangan maka pemikiran-pemikiran Yusril layak diwariskan kepada generasi muda.
Dalam menyampaikan sambutan, JK acapkali melontarkan pernyataan-pernyataan yang menggelitik tentang Yusril. Seperti, tindakan JK yang pernah membantu Yusril sebagai saksi meringankan dalam perkara Sisminbakum.
“Saya jadi saksi meringankan dalam tiga jam kasus dia SP3. Jadi saya bela beliau walau bukan ahli hukum. Jadi kita gantian, kalau dia bela saya, free karena saya waktu itu free,” kata JK yang disambut gelak tawa hadirin.
Sedangkan Yusril dalam pidatonya mengatakan, buku-buku yang diluncurkannya merupakan buah pemikiran yang terangkum dari hasil wawancara, artikel, ceramah, dalam rentang waktu 1990-2015. Buku tersebut bukan hanya membeberkan tantangan yang dihadapi Indonesia sekarang ini melainkan juga menyajikan solusi.
sumber: beritasatu.com