JawaPos.com – Persoalan sosial dan ekonomi kemasyarakatan semakin menjadi perhatian besar di negara ini. Semua pihak dan stakeholder terus berpikir untuk memberikan dampak positif untuk masyarakat.
Persoalan itu kini menjadi pemikiran dari Ormas Syarikat Islam (SI) bersama lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap. Kedua pimpinan institusi itu membahas perekonomian umat. Ke depannya bakal berkolaborasi dalam upaya mengentaskan berbagai persoalan umat, terutama mengenai masalah kemiskinan.
“Saat ini Syarikat Islammulai berbuat seperti apa yang dilakukan Global Wakaf dan ACT,” ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah SI Hamdan Zoelva dalam keterangan tertulisnya yang diterima JawaPos.com, Jumat (15/2).
Hamdan mengapresiasi program-prrogram ACT yang tidak hanya bergerak di bidang kebencanaan dan kemanusiaan saja. Tetapi juga pengembangan ekonomi umat melalui Global Wakafnya. Lembaga kemanusiaan itu mengembangkan wakaf produktif.
Jika wakaf itu dikembangkan secara sistematis, maka dana wakaf itu akan membuat bangsa memiliki kemandirian ekonomi yang sangat luar biasa. Bangsa ini tidak lagi didikte orang lain. Alasannya, semua masyarakat terlibat. Baik yang menggunakan maupun membeli produk wakaf.
Pernyataan Hamdan Zoelva itu dikemukakan seusai menggelar pertemuan dengan pihak ACT dan Global pada Rabu (13/2) lalu. Saat itu dari pihak Global Wakaf dipimpin oleh Vice President, Syahru Aryansyah.
Lebih jauh mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menyatakan, salah satu solusi untuk kebangkitan perekonomian umat Islam adalah dengan mengembangkan wakaf produktif. Makanya, wakaf haruslah dikembangkan sebagai sumber daya ekonomi umat.
“Karena harta wakaf ini bersifat tetap dipertahankan. Tidak boleh berkurang sedikit pun. Yang boleh itu, dana wakaf ini kita kembangkan untuk masa depan, dikelola dengan baik. Dengan begitu perkembangannya akan sangat besar sekali pengaruhnya untuk umat. Ini juga yang sedang dikembangkan oleh SI,” lanjut Hamdan.
Ke depan, SI akann kembali ke khitahnya. Yakni fokus di bidang sosial, ekonomi, dan dakwah untuk menyelesaikan masalah umat. “SI yang sekarang bukan lagi organisasi politik,” paparnya.
Untuk diketahui, SI adalah salah satu organisasi tertua di Indonesia. Berdiri sejak 1905 dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Semulanya SDI hadir bertujuan untuk menghimpun pedagang muslim, khususnya pedagang batik. Agar para pedagang itu dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar. Kala itu SDI hanya mengurusi masalah ekonomi dan sosial.
Namun seiring berjalannya waktu, arah perjuangan SI mulai berubah ke politik. Itu terjadi pada kepemimpinan HOS Tjokroaminoto pada 1912. Ketika itu SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI). Akhirnya SI juga bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan dan partai politik hingga kemudian diganti kembali menjadi Syarikat Islam (SI).
Sementara itu, Vice President Global Wakaf Syahru Aryansyah menuturkan, saat ini problem umat sangat organik, yakni kemiskinan. “Dengan wakaf kita bangkitkan ekonomi umat. Umat ini harus bangkit, ekonomi mandiri sehingga kita juga mandiri sebagai bangsa,” ungkap Ryan.
Makanya Global Wakaf terus mengembangkan misinya di bidang perekenomian dengan membangun Warung Wakaf, Ritel Wakaf, Lumbung Pangan Wakaf, Lumbung Ternak Wakaf, Sumur Wakaf, dan program wakaf lainnya.
Selama 2018 dengan program tersebut, Global Wakaf telah menyalurkan wakaf kepada 313.524 penerima manfaat. Semuanya tersebar di 168 desa/kelurahan, 19 provinsi.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : Yesika Dinta
sumber: jawapos.com