Jakarta – Kemiskinan masih menjadi permasalahan utama di dunia, khususnya di Indonesia. Berdasarkan data dari Bank Dunia, tercatat pada 2017 terdapat 10,7 persen atau sekitar 767 juta orang dari populasi global berada dalam jurang kemiskinan. Sementara di Indonesia, terdapat 25,67 juta penduduk miskin menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2018.
Demikian diungkap Hamdan Zoelva selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam (SI) ketika menerima kunjungan silaturahmi dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) pada Rabu (13/2/2019) lalu. Ia menuturkan, permasalahan kemiskinan ini tidak hanya ada di Indonesia, tapi juga dirasakan di negara-negara konflik. Kehidupan mereka makin sulit karena konflik yang berkepanjangan. Untuk di Indonesia, menurutnya, kemiskinan masih berada di angka yang cukup tinggi. Permasalahan inilah yang juga menjadi concern SI.
Sebagai salah satu organisasi tertua di Indonesia yang sudah berdiri sejak 1905 dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI), menurut Hamdan, SI bertujuan mengembangkan perekonomian dan kehidupan sosial umat. Meskipun pada 1912 di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto SI pernah terlibat ke arah politik, menurutnya, SI kembali ke khitahnya berjuang di bidang ekonomi, sosial, dan keagamaan.
Hamdan mengatakan, membangkitkan aktivitas sosial dan ekonomi, dalam artian filantropi Islam, menjadi salah satu solusi pengentasan kemiskinan di Indonesia maupun dunia.
“Di Indonesia, kalau kita pakai ukuran BPS itu sekitar 10 persen masyarakat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Kalau menurut Bank Dunia, angka kemiskinan kita sekitar 40 persen, tinggi sekali. Ini masalah besar bagi kita semua, khususnya umat Islam. Filantropi menjadi solusi kemiskinan yang kita hadapi,” ujar Hamdan dalam keterangan tertulis, Jumat (15/2).
Hamdan, yang pernah menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi Keempat periode 2013-2015, menyebutkan, filantropi Islam seperti wakaf, zakat, infak, dan sedekah dapat mengatasi masalah umat dan kemanusiaan, bukan untuk tujuan perseorangan.
“Inilah inti dari ajaran Islam. Kenapa kita diwajibkan zakat dan dianjurkan sedekah dan wakaf karena dijanjikan kalau menanam satu akan tumbuh 700 untuk yang melakukan. Inilah kenapa kita dorong karena tentu sangat bermanfaat dan efeknya ini luar biasa untuk pemberdayaan umat dan pemberantasan kemiskinan,” lanjut Hamdan.
Ia menjelaskan, salah satu upaya pemberantasan kemiskinan tersebut adalah melalui pengembangan dana wakaf sebagai filantropi tertinggi dalam Islam.
“Kalau kita kembangkan dana wakaf dan ini akan terus berputar untuk umat dan bermanfaat bagi umat. Ini pelan-pelan dan pasti akan mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia karena kita libatkan bersama-sama masyarakat. Hasil pengelolaan wakaf produktif itu tidak untuk perseorangan, tapi untuk investasi dan diputar untuk usaha produktif,” ungkapnya.
Pendapat Hamdan dibenarkan oleh Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT) Iqbal Setyarso. Menurutnya, sebagai ikhtiar menjadikan filantropi Islam sebagai solusi pengentasan kemiskinan dan permasalahan lainnya yang dihadapi umat Islam, ACT tahun ini mengusung tema The Rise of Islamic Filantrophy (TRIP).
“Alhamdulillah, ACT sendiri sudah berikhtiar membantu sesama muslim dan yang membutuhkan sejak lembaga ini berdiri. Hingga saat ini, sudah ribuan penerima manfaat yang merasakan bantuan dari ACT. Dan kita juga punya program pemberdayaan masyarakat dengan wakaf melalui program-program dari Global Wakaf,” ucap Iqbal.
(prf/ega)
sumber: detik.com