TARAKAN – Debat Calon Presiden (Capres) tahap I beberapa waktu lalu, masih menyisakan perdebatan panjang di kalangan masyarakat utamanya para pendukung.
Menurut Koordinator Advokat Independen Untuk Pemilu Jujur dan Adil (ADPRIL) Andi Ryza Fardiansyah, tajamnya friksi politik di kalangan masyarakat dikhawatirkan dapat memicu konflik sosial. Sebab terdapat potensi salah penafsiran terhadap paparan yang disampaikan Capres sepanjang debat.
“Kita sesungguhnya melihat masyarakat disuguhkan perdebatan lanjutan oleh para tim sukses masing-masing Capres yang berujung pada adanya tafsir sepihak terhadap beberapa hal. Sehingga mengaburkan posisi hukum beberapa hal yang seharusnya tidak menjadi bahan perdebatan atau saling tuduh, muaranya aksi saling lapor atas penafsiran masing-masing,” ujar dia.
Andi Ryza Fardiansyah juga menyampaikan beberapa contoh friksi tajam yang kian hangat diperbincangkan masyarakat, terlebih melalui media sosial.
“Terkait penguasaan lahan Capres 02 Prabowo Subianto itu baik pribadi ataupun sebagai pemegang saham perusahaan pemilik izin konsesi, seharusnya tidak ditafsir sebagai tindakan ilegal. Karena penguasaan lahan tersebut tidak didapatkan dengan cara yang melawan hukum,” jelas Andi.
Demikian pula dengan tindakan capres 01 Joko Widodo yang menyinggung tentang penguasaan lahan tersebut. Pernyataan Jokowi bukanlah tindakan yang dilakukan untuk menyerang pribadi.
“Mengingat bahwa setiap calon prjabat wajib membuka daftar kekayaannya ke publik. Oleh karena itu pembahasan kekayaan seseorang dalam posisinya sebagai Capres tidak bisa ditafsirkan sebagai tindakan menyerang pribadi,” kata Andi.
Disamping itu Andi Ryza Fardiansyah juga memberikan apresiasi kepada KPU RI yang telah merubah format debat Capres tahap II lebih berkualitas.
“Oleh karena itu kami mengajak seluruh masyarakat untuk memilih berdasarkan rasionalitasnya dengan mengesampingkan emosi, kebencian dan hal-hal yang dapat menimbulkan perpecahan,” pungkas Andi. (*)
sumber: navigasinews.com