Balikpapan, SuaraSI.com – Sebelum adanya negara Indonesia, di bumi pertiwi terlebih dahulu adanya suku bangsa. Suku bangsa tersebut yang kemudian merasa senasib sepenanggungan ditambah dengan memiliki kesamaan etnik yakni Melanesia, membuat seluruh suku tersebut bersatu kedalam wadah yang kemudian kita sebut sebagai bangsa Indonesia. Namun, persatuan dan kesatuan bangsa dapat dengan tiba-tiba tercabik oleh mereka yang tidak bertanggungjawab yang mencoba memecah belah bangsa. Dan politik adalah alat yang cepat untuk membuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah.
Sepakat agar rasa persatuan dan kesatuan bangsa harus terus dipupuk, Syarikat Islam (SI) berpendapat bahwa cita-cita bangsa akan terus berlanjut jika persatuan dan kesatuan itu tetap utuh. Menurut Hamdan Zoelva dalam penyampaian materi dialog lintas agama dengan berbagai kalangan masyarakat dan profesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kota Balikpapan, menyebut rasa persatuan dan kesatuan saat ini sedang diuji.
“Ya, rasa persatuan itu sekarang mengalami pengujian, terutama menjelang pesta demokrasi atau pemilu,” tutur Hamdan yang merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah SI di Hotel Astara, Balikpapan, Sabtu (23/2). Ia mengatakan salah satu yang membuat perpecahan tersebut ialah perbedaan politik. Terbukti dengan ketegangan tingkat tinggi di berbagai media sosial yang mempertontonkan perpecahan antar masyarakat pendukung salah satu konstestan dalam perhelatan politik.
“Perbedaan politik jika tidak disikapi dengan dewasa, maka alamat akan ada upaya memecah belah bangsa. Sebelum bangsa ini terpecah belah, Syarikat Islam menilai rasa persatuan dan kesatuan harus terus dipupuk. Cara untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan adalah dengan memperbaiki infrastruktur masyarakat,” tuturnya.
Hamdan menyebutkan Infrastruktur masyarakat yang dimaksud adalah menghilangkan ketidakadilan atau kesenjangan yang dapat menjadi bom waktu akibat ketidakpuasan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan menegakkan supremasi hukum. “Semua dapat dimulai dari pemerintah dan masyarakat harus mendukung secara penuh, seperti halnya ketika Agus Salim menyampaikan bahwa disaat terjadi perdebatan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, maka jalan keluarnya adalah mari kita bermusyawarah dalam bingkai kekeluargaan,” tegasnya dihadapan lebih dari 50 peserta lintas agama.
Selain perbedaan politik, Hamdan mengingatkan bahwa radikalisme juga merupakan salah satu cara untuk membuat rasa persatuan dan kesatuan itu tercabik-cabik. “Pemikiran radikal sangat membahayakan bagi keutuhan bangsa ini. Walau memang radikal itu ada yang positif dan negatif, namun pada zaman sekarang pemikiran radikal cenderung kearah yang negatif yang dapat muncul secara tiba-tiba lalu merusak tatanan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” tutupnya.
sumber: suarasi.com