JAKARTA – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva menyebut Ani Yudhoyono adalah sosok yang perhatian dan tidak pernah lelah.
Hal itu disampaikan ketika ia menghadiri upacara persemayaman Ibu Negara 2004-2014, Ani Yudhoyono, di Pendopo Puri Cikeas, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Minggu (2/6/2019)
Hamdan Zoelva mengatakan, dirinya mengenal baik Ani Yudhoyono saat mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY dalam kampanye Pilpres 2004.
Saat itu, Hamdan Zoelva sebagai petinggi Partai Bulan Bintang ikut serta dalam kegiatan kampanye SBY.
“Bu Ani sangat perhatian dengan (SBY), selalu menemani. Dalam keadaan apapun, saya tidak pernah melihat Bu Ani lelah,” kata Hamdan Zoelva.
Hamdan Zoelva mengungkap ia sebetulnya sudah berencana menjenguk Ani Yudhoyono di Singapura setelah lebaran.
“Namun ternyata beliau dipanggil terlebih dahulu,” ucapnya.
Ani Yudhoyono meninggal dunia pada Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu setempat setelah berjuang melawan kanker darah.
Selama tiga bulan terakhir, kondisi Ani Yudhoyono harus menjalani perawatan di ruang karantina khusus untuk menghindari infeksi virus dan bakteri yang berpotensi mengganggu proses pengobatan yang sedang dilakukan.
Pada Minggu (2/6/2019) pagi ini, jenazah Ani masih disemayamkan di Pendopo Cikeas.
Minggu siang, akan dilaksanakan shalat jenazah kemudian dilanjutkan pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada pukul 15.00 WIB. (Kompas.com)
Keterangan dokter
Sebelum meninggal, Ani Yudhoyono tengah dirawat di National University Hospital (NUH), Singapura untuk menyembuhkan kanker darah.
Istri Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) itu menjalani pengobatan intensif di ruang ICU setelah kondisi kesehatannya menurun.
Dokter Kepresidenan Mayor Jenderal TNI Terawan Agus Putranto mengatakan Ani Yudhoyono sempat mengalami gagal pernapasan.
Oleh sebab itu, tim dokter memasang alat bantu pernapasan untuk Ani Yudhoyono sejak Jumat (31/5/2019) malam.
Ani Yudhoyono juga dibuat tertidur agar pengoabtan yang diberikan bekerja secara maksimal.
Tim dokter sudah sebisa mungkin memulihkan kembali kondisi Ani Yudhoyono.
Selain tim dokter dari Indonesia dan Singapura, ada pula dokter dari Amerika yang memberikan bantuan.
“Tim di NUH sudah berjuang bersama tim kami juga dan juga dengan teman-teman ahli dari negara lain, termasuk dari Amerika juga membantu sehingga apa yang dilakukan untuk ibu Ani sudah sangat maksimal dan kami semua memang harapannya, bisa membuat baik,” ucap Terawan Agus Putranto yang Tribun Jabar kutip dari tayangan siaran langsung KompasTV, Sabtu (1/6/2019).
Namun, usaha maksimal dokter itu tidak membuahkan hasil.
Tuhan memiliki rencana lain untuk Ani Yudhoyono.
Ani Yudhoyono meninggal dunia pada Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura.
Meninggalnya Ani Yudhoyono bukan disebabkan pengobatan kemoterapi untuk kanker darahnya.
Menurut Terawan Agus Putranto, penurunan kesehatan Ani Yudhoyono sampai meninggal dunia termasuk perjalanan penyakitnya.
Bila sesuai perencanaan awal, seharusnya Ani Yudhoyono akan menjalani operasi sumsum tulang belakang yang didonorkan oleh sang adik.
“Itu (kematian) semua karena menyangkut perjalanan terapi dan perjalanan penyakitnya.
Kalau perencanaannya semua sesuai dengan jadwal yang baik itu bisa diberikan donornya namun dengan perjalanan penyakit yang tidak memungkinkan untuk bisa dilakukan pendonoran,” ucapnya.
Editor: Theofilus Richard
sumber: tribunnews.com