Jakarta, Beritasatu.com – Semangat dan cita-cita Kelompok Cipayung sebagai miniatur Indonesia yang dideklarasikan sejak 22 Januari 1972 masih sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini. Untuk itu, berbagai upaya perlu terus dilakukan agar cita-cita Kelompok Cipayung semakin diinternalisasikan kepada generasi muda.
Demikian salah satu benang merah dalam halal bi halal dan silaturahmi kebangsaan yang digelar Alumni Kelompok Cipayung di Gedung Lemhanas, Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
Untuk diketahui, Alumni Kelompok Cipayung terdiri dari Keluarga Alumni HMI (KAHMI), Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Ketua Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (Forkoma PMKRI), Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII), dan Pengurus Nasional Perkumpulan Senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PNPS GMKI). Adapun lima organisasi kemasyarakatan yang mendeklarasikan Kelompok Cipayung melahirkan tujuh kesepakatan yang dikenal dengan Indonesia yang Dicita-citakan.
Hadir dalam acara halal bi halal itu adalah deklarator Kelompok Cipayung yang juga mantan Ketua PB HMI Akbar Tandjung; Theo Sambuaga, Ahmad Basarah (PA GMNI); Febry C Tetelepta, Edward Tanari (PNPS GMKI); Hamdan Zoelva, Manimbang Kaharyadi (Presidium KAHMI); Leonardo Renyut, Paulus Januar (Forkoma PMKRI); lalu Ahmad Muqowan dan Yunus Razak (IKA PMII).
Akbar Tandjung dalam sambutannya mengatakan relevansi Kelompok Cipayung dan elemen-elemen di dalamnya masih diperlukan bangsa Indonesia. Selain memupuk kebersamaan dan semangat kebangsaan, Kelompok Cipayung juga menjadi ajang melatih pemimpin bangsa Indonesia masa depan.
“Kelompok Cipayung itu miniatur Indonesia yang sudah teruji. Kondisi Indonesia saat ini sangat membutuhkan generasi muda Kelompok Cipayung,” jelasnya.
Ahmad Basarah yang juga Wakil Ketua MPR menegaskan pentingnya kehadiran dan keberlanjutan Kelompok Cipayung sebagai kawah candradimuka calon-calon pemimpin bangsa untuk menjadi garda terdepan mengawal negara Pancasila. Hal itu sangat diperlukan bangsa Indonesia saat ini karena menguatnya anasir-anasir yang hendak menegasikan cita-cita pendiri bangsa, terutama Pancasila dan UUD 1945.
Untuk itu, tambah Ahmad Muqowam, kebersamaan dan semangat kebangsaan dari Kelompok Cipayung harus terus diinternalisasikan agar generasi muda tidak dirasuki dengan berbagai ideologi yang justru menjauhkan jati diri bangsa Indonesia.
“Semangat kebersamaan dan agenda kebangsaan dari elemen-elemen Kelompok Cipayung sudah teruji dan perlu terus ditingkatkan,” kata Muqowam.
Sedangkan Leonardo J Renyut dari Forkoma PMKRI mengutarakan perlunya merealisasikan kaderisasi bersama dari generasi penerus Kelompok Cipayung. Langkah tersebut sangat mungkin dilakukan karena Indonesia membutuhkan kader-kader pemimpin dengan wawasan kebangsaan yang kuat. Selain itu, perwujudan nilai-nilai dalam kaderisasi tersebut harus diperluas dalam berbagai bidang dan profesionalisme.
Sebagai informasi, pemerintah saat ini juga terus menggelorakan pembinaan Pancasila untuk mencegah radikalisme di sejumlah kampus. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 55 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam Kegiatan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi sudah dikeluarkan sejak Oktober 2018 lalu. Salah satu tindak lanjut atas Permenristekdikti tersebut adalah mendorong aktifnya sejumlah ormas dari Kelompok Cipayung di beberapa basis perguruan tinggi.
sumber: beritasatu.com